Di era rezim Soeharto ketika banyak media masa yang dibredel atau dilarang untuk terbit, pers mahasiswa lah yang tetap berani dalam menuntut keadilan. Meskipun pada saat itu pers mahasiwa juga tak luput dari pembredelan. Tetapi, yang perlu diingat adalah pers mahasiswa lahir tidak dari mesin-mesin cetak. Mereka lahir dari rahim perjuangan untuk menuntut perubahan. Pers mahasiswa pada saat itu merupakan bagian terpenting dari pergerakan mahasiswa. Bahkan masyarakat pada umumnya memilih pers mahasiswa sebagai media pilihan mereka karena isi dari pers mahasiswa yang berani dan kritis.
Ternyata ada semacam paradok yang terjadi paska runtuhnya rezim orde baru, yaitu mulai runtuhnya masa kejayaan pers mahasiswa. Pers mahasiswa yang ketika rezim orde baru merupakan lembaga paling berani dan paling kritis dalam menyuarakan keadilan, malah mulai kehilangan taringnya di era reformasi. Padahal di era reformasi ini kebebasan berpendapat telah dijamin didalam undang-undang dasar. Hilangnya taring pers mahasiswa juga merupakan simbol mulai mengendurnya semangat pergerakan mahasiswa. Dan hal ini akan berimbas pada rapuhnya salah satu pilar demokrasi yaitu mahasiswa. Padahal mahasiswa memiliki fungsi yang sangat penting dalam tegaknya bangunan demokrasi.
Belum lagi ketika kita melihat persaingan media masa saat ini. Tidak sedikit media masa yang sekarang tidak lebih dari alat propaganda isu dan opini dari kelompok tertentu sehingga masyarakat hanya dijadikan konsumen bagi sebuah pemberitaan.
Artinya masyarakat memiliki kesempatan untuk mengakses banyak informasi, tetapi masyarakat tidak mendapat kesempatan untuk menyaring informasi yang ada. Perang antar media masa kemudian semakin memanas ketika media masa tersebut melupakan peran dan fungsi dari sebuah media masa yaitu sebagai alat pencerdasan bagi masyarakat.
Di tengah perang antar media masa dan masyarakat yang menjadi korban, muncul banyak gagasan untuk menngembalikan fungsi dari sebuah media masa. Salah satunya adalah memalui citizen journalism. Konsep dari citizen journalism ini adalah masyarakat dilibatkan dalam pembuatan sebuah berita atau informasi. Harapannya adalah ketika masyarakat umum yang mencari berita sendiri maka berita yang diperoleh dapat mewakili aspirasi masyarakat pada umumnya.
Tetapi model citizen journalism ini memiliki kelemahan karena bagaimanapun juga masyarakat tetap terikat pada kode etik dari perusahan media yang bersangkutan. Artinya sudut pandang mereka harus tetap menyesuaikan dengan sudut pandang media induknya. Hal ini akan tetap, walaupun kecil, memunculkan apa yang dinamakan bias dalam media masa.
Kelemahan lain adalah model berita yang dihasilkan oleh masyarakat akan cenderung bersifat feature daripada straight news. Hal ini disebabkan karena masyarakat umum bagaimanapun juga bukanlah wartawan terlatih sehingga akan kesulitan untuk mengejar berita yang bersifat straight.
Di tengah polemik bias informasi di dalam media masa dan keterbutuhan masyarakat akan kejujuran sebuah pemberitaan rupanya masih banyak pers mahasiswa yang terlelap dalam uforia demokrasi.
Maksudnya adalah banyak pers mahasiswa yang khawatir dan takut bersaing dengan media masa yang lebih besar. Sehingga kualitas pemberitaan dari sebuah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) cenderung tumpul. Yaitu lebih menitikberatkan pada informasi-informasi di sekitar kampus mereka.
Padahal sebuah LPM memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan pendidikan sosial-politik minimal untuk mahasiswa di kampus mereka dan masyarakat sekitar pada umumnya.
Dalam hal ini perlu dipahami bahwa pers mahasiswa adalah pers yang lahir di dalam lingkungan kampus dimana nilai-nilai idealisme dan independensi dijunjung tinggi dalam balutan intelektualitas. Untuk itulah dibutuhkan perhatian khusus agar pers mahasiswa tidak mati.
Komunikasi berupa pedekatan personal dari pihak kampus akan mampu membantu melahirkan kepercayaan diri dari LPM yang ada ditambah dengan bantuan yang diberikan dalam hal material. Juga menjadi jembatan antar LPM dengan media masa yang ada sehingga LPM dapat belajar dari media masa yang sudah mapan.
0 komentar:
Posting Komentar